Selasa, 22 Juli 2014

DRAG BIKE 2014; RESEP TORSI VS SENSOR START SATU TITIK


Konsep torsi atau momen tenaga yang pas jadi bahasan para kliker trek lurus. Terutama antisipasi model sensor satart yang dikunci pada 1 titik seperti di event TDR dan Trendypromo. Start seperti itu motor benar-benar berangkat dari  ‘diam’. Rpm tak bisa dikembangkan lebih awal sperti sensor biasa.  
Torsi yang dibutuhkan tidak melulu tenaga yang sangat kuat sejak dari putaran bawah. Tapi torsi yang pas sesuai feeling joki memerlakukan power dengan karakter motornya. “Bagi saya modalnya tetap torsi besar. Mengatur penyaluran tenaga, itu urusan joki. Di situ pembalap dinilai mahir atau tidak,” jelas Fauzan Conk, kiliker ternama drag bike sembari menunjuk torsi bisa didapat dari stroke x diameter (kruk-as), perbandingan kompresi ruang bakar, durasi kem, knalpot dan karburator.
Setiap penaikan kompresi, tenaga dan torsi otomatis meningkat. Misalnya mesin standard punya kompresi 9:1 dinaikkan menjadi 10:1, pergerakan torsinya besar. Tapi ketika kompresi 11 ke-12:1 hasil bergesernya kecil, karena mesinnya sudah terkorek duluan. “Harus disiasati dari hal lain. Artinya menggabungkan semua arah untuk dapat torsi yang pas sesuai kebutuhan,” buka M. Arif Sigit Wibowo alias Pele, kliker Jupiter Pele yang fenomenal di Bebek 200. Pele mewanti, semakin tinggi perbandingan kompresi, kerja mekanikal mesin akan terbebani. Boros onderdil bro.
Torsi juga bisa ditingkatkan dari karburator pada pembesaran venturinya. “Pengalaman riset sih, ganti 
karbu dari venturi 28 mm ke-35 mm, tenaga sampai 3 dk/torsi instan didapat. Makanya, PWK 35 Airstrike idola dalam modifikasi mesin, hahahaha. Tinggal tergantun torsi ideal mau dicari pada rpm berapa sembari disesuaikan dengan karakter  knalpot. Itu harus lewat seting,” sambung Swega dari RAT Motor Sport dari Sidoarjo.
Cara lain mengail torsi besar pada stroke lewat kruk-as terutama pada big-and. Tentu saja ini paling berat. Prinsip dasarnya soal gaya tekan. Makin panjang stroke, gaya tekannya makin besar pula alias torsi dengan mudah didapat. “Tapi ini pekerjaan sulit, masih banyak yang ringan bisa menggeser-geser torsi,” tambah Swega.
Misalnya  durasi noken-as dengan menggemukkan profil kem. Hati-hati noken-as durasi besar berakibat proses puncak penggapaian (peak) pada tenaga lebih lama diperoleh dari durasi kecil. Ini biasanya dibantu programable CDI, utak-atik timing pengapian yang cocok alias diatur kurva pengapiannya.
“Dari pengapian inilah bisa disetel torsi yang dimau,” timpal Conk yang ngetop dengan  FU 200 itu sembari bilang timing pengapian juga penentu letak torsi. Conk mencontohkan durasi kem besar dikawinkan dengan pengapian rendah, seperti rasa karburator setingan basah. Padahal motor yang torsinya pas benar-benar ringan tenaganya sejak ditentukan letak torsi pada putaran mesin.
Maka  dalam modifikasii noken as ukuran ‘pinggang’ selalu disesuaikan dengan kompresi dan durasi. Contoh untuk motor drag saat ini, ukuran pinggang 19 mm, karena tepat dengan kompresi yang ada saat ini dengan durasi 270°.  
Dari konsep di atas buat sampeyan yang kohar, kompesi,  karbu dan knalpot paling mudah diterapkan. Buat yang ikut benaran drag bike, ya semua jurus itu, mau tak mau harus diikuti. Kolo nggak, sampeyan kalah di dalam sensor 1 titik yang butuh tenaga pas dari start diam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar