Selasa, 02 Oktober 2012

NINJA’ 01 SEMARANG : BEST-TIME 7,604 DETIK


Pengadaan kelas Sport 2 Tak Rangka Standar s/d 150 cc yang didominasi kudapacu Kawasaki Ninja 150 dipastikan menarik banyak minat. Maklum saja, dalam kategori ini wajib dengan rangka standar, karburator standar dan pengapian standar.

Untuk karbu dan pengapian yang standar tersebut boleh diupgrade. Alhasil, mengacu konteks ini, maka mekanik terpacu untuk berkreasi berdasar batasan-batasan regulasi tersebut.

Perkembangan lebih lanjut, catatan waktu yang dihasilkan tergolong cukup mengejutkan. Tidak jauh berbeda dengan pacuan Sport 2 Tak Tune-Up s/d 155 cc yang secara spek berada di atasnya.

Hanya berbeda antara 0,2-0,3 detik saja. Seperti juga Ninja lansiran 2001 berbendera tim MBC Jalu Senoaji asal Semarang ini. Mampu mengukir best-time 7,6 detik untuk menu lintasan 201 meter.

Dicermati lebih lanjut, ada dua hal penting yang menjadi fokus riset, yaitu karbu dan CDI. Terkesan sederhana, namun sangat berarti ketika berbicara output power yang dihasilkan.

“Karbu wajib dioptimalkan. Bahkan saya reamer hingga 34 mm. Agar tidak bocor, pada dinding karbu saya lapisi lem. Termasuk mengganti juga jarum skep custom yang diameternya lebih gemuk, juga lebih panjang dari bawaan asli,” tutur Jalu, sapaan akrab kiliker yang merancang sendiri membran hingga lebih lentur dan cepat kembali.

Demikian penting untuk memadatkan aliran gas aktif menuju ruang bakar. “Agar power bawah tetap bertaji, maka pilot-jet saya patok ukuran 40. Karakter tenaga di RPM bawah tergolong liar. Butuh perhatian joki mengenalinya. Namun tenaga menengah keatas dijamin istimewa,“ tambah Jalu yang menetapkan tinggi exhaust 30 mm dan bermarkas di Jl. Beruang Mas/Barito 17 Semarang serta mengandalkan beberapa joki diantaranya Eko Chodox, Dwi Batank dan Jovanka.

Menyangkut otak pengapian alias CDI sendiri diaplikasi milik Suzuki RGR. Alat ini diklaim lebih baik dari CDI milik Suzuki RC 100 yang banyak diadopsi para tukang korek. Sampai disini, sah-sah saja opini tersebut tadi karena setiap kiliker punya idealisme. Pada akhirnya, torehan waktu dan prestasi yang menjadi alat ukurnya.

“Analisa saya, limiter RPM dari CDI RGR tembus 19.000, sedang RC sekitar 13.000 saja. Yang pasti harus CDI asli copotan dari motor, bukan yang dijual bebas,“ terang Jalu yang menganut sistem pengapian yang bertumpu pada putaran mesin atau AC (Alternating Current) dan diback-up magnet standar serta sepul diganti kepunyaan YZ 125.

SUPPORT KRUK-AS SERPICO
Perangkat kruk-as begitu signifikan dalam balap karapan karena berhubungan dengan gaya naik-turun piston, identik disebut inersia. Terlebih butuh kekuatan material karena bermain dalam RPM tinggi sebagai efek modifikasi mesin.

Jadi harus selalu center. Jika tidak, maka akan muncul getaran dan mempengaruhi kinerja mesin. “Hasil riset saya lebih optimal dan lebih awet dengan kruk-as milik Serpico,“ ujar Jalu, menegaskan harganya sekitar Rp. 2,6 juta.

Sekedar catatan saja, Kawasaki Ninja Serpico yang berjaya di masanya dan identik dengan kecepatan spesial berhenti produksi awal tahun 2000an dengan produk akhir berkode 150 SST. | ogy

SPEK KOREKAN
MAIN JET : 155, PILOT JET : 40, RASIO : 30-16 (I), 28-17 (II), KNALPOT : AHM, FINAL-GEAR : 13-40 (201 M).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar